Selasa, 04 Mei 2010

Menggugat Visi dan Misi Para Calon Pemimpin

Sejak tergusurnya tambuk kekuasaan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto, lalu dibuka lembaran baru dalam kehidupan ketatanegaraan Republik Indonesia dengan nama era reformasi. Dalam era saling keterbukaan tersebut, tidak hanya dinikmati seluruh rakyat untuk dapat serta mengkontrol jalannya pemerintahan negara, tapi juga bagi para calon-calon pemimpin bangsa untuk berlomba-lomba menjadi pemimpin pilihan rakyat.


Sekarang dapat kita sebut sebagai era perebutan kursi pemimpin bangsa. Siapa saja dapat menjadi pemimpin, entah itu dengan latar belakang ras, agama, suku, maupun berbagai latar belakang pendidikan sekalipun. Hal ini disebabkan oleh perubahan perundang-undangan kita yang menghendaki para pemimpin negara dan daerah untuk dapat dipilih secara langsung oleh rakyat. Pemilihan secara langsung oleh rakyat sungguh menjadi angin segar bagi para calon yang “gila” kedudukan. Padahal banyak di negeri ini para pemimpin yang “gila” kedudukan tersebut tidak diikuti oleh kapasitasnya sebagai pemimpin yang benar-benar dibutuhkan rakyat.


Entah apa yng ada dibenak para calon “gila” kedudukan tersebut, apakah uang yang telah terlintas dipikirannya dengan bergelimang anggaran tetek bengek agar dapat dikorup sebanyak-banyaknya atau hanya untuk mempermainkan rakyat saja agar tetap dan selalu menderita. Hal ini penulis katakan, sebab para calon pemimpin bangsa yang hendak maju menjadi pemimpin negeri dan daerah masih jauh dikatakan sebagai pemimpin yang mumpuni dan layak di sandang sebagai pemimpin.


Pembodohan Publik


Para calon pemimpin yang hendak menjadi pemimpin, tentu dalam upayanya maju dan hendak menarik simpati rakyat, ia mengusung suatu visi dan misi yang sungguh-sungguh membuat rakyat terlena. Mengapa tidak, sungguh tidak asing lagi apabila kita mendengar visi dan misi para calon pemimpin kita yang mengusung “angan-angan” mereka dengan memberikan pendidikan gratis hingga tingkat menengah atas, bahkan ada yang hingga perguruan tinggi, pemberian kesehatan gratis, pemberian kesejahteran berupa subsidi secara langsung tunai, penurunan harga kebutuhan pokok, atau “angan-angan” dengan memberikan pelayanan birokrasi yang tidak terbelilit-belit dan gratis pula, serta pelayanan jamkesmas lainnya. Lalu masihkan kita sebagai rakyat yang dalam hal ini sebagai konstetuen dalam pemberian suara kepada para calon pemimpin tersebut percaya begitu saja dan lantas terlena hinga menjatuhkan pilihan tersebut?


Rakyat tentu telah muak dengan apa yang selalu dijanjikan oleh para pemimpin negeri ini. Pemilihan para pemimpin bangsa secara langsung dapat kita katakan sebagai pembodohan publik. Hal ini tentu beralasan, sebab dari pemilihan pemimpin tertinggi yakni presiden dan wakil presiden. Rakyat saat itu dijanjikan untuk diberikan kehidupan yang sejahtera. Lalu, setelah terpilih dan menduduki kursi yang sangat empuk tersebut, ia lantas lupa dengan apa yang telah dijanjikannya tersebut.


Setelah pemilihan secara langsung presiden dan wakil presiden, lalu ada lagi pemilihan untuk menduduki kursi di Pemerintahan Daerah Tingkat I yang mana kita sebut sebagai pemilihan gubernur dan wakil gubernur. Sebagaimana yang telah kita prediksi sebelumnya, bahwa visi dan misi para calon pemimpin daerah tersebut tidaklah jauh dengan yang yang menjadi visi dan misi presiden dan wakil presiden yakni menjadikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Setelah para gubernur dan wakil gubernur terrsebut menduduki kursi yang empuk itu juga, ia pun lantas lupa dengan apa yang telah mereka janjikan kepada rakyat untuk memberikan kesejateraan kepada rakyatnya.


Setelah pemilihan presiden dan wakil presiden, lalu pemilihan gubernur dan wakil gubernur. Ada lagi pemilihan calon pemimpin daerah lainnya, yang mana kita sebut sebagai pemimpin daerah tinggkat II yakni walikota dan wakil waliokota dan/atau bupati dan wakil bupati. Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi para pemilihan pemimpin sebelumnya yakni menjadikan rakyat sejahtera. Pemimpin daerah tingat II ini pun menjanjikan pula agar rakyat mendapatkan kesejateraanya tersebut.


Apa yang telah dipertontonkan para pemimpin negeri ini, baik presiden/wakil presiden, gubernur/wakil gubernur, walikota/wakil walikota, dan bupati/wakil bupati. Memberikan pelayanan terbaik dan berkualitas serta meningkatkan kesejateraan kepada rakyat sungguh masih menjadi “angan-angan” belaka. Para pemimpin tersebut bahkan telah membuat rakyat semakin bingung dan bodoh. Hal ini karena rakyat telah dipermainkan oleh “ janji-janji” yang tidak pasti.


Sesungguhnya tugas siapakah untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat, apakah presiden/wakil presiden, gubernur/wakil gubernur, atau walikota/wakil walikota, dan bupati/wakil bupati?. Bahkan, apabila visi dan misi tersebut tidak terlaksana, lantas pemimpin-pemimpin negeri ini pun saling menyalahkan satu sama lainnya sehingga rakyat seringkali terabaikan.


Dapatkah kita percaya adanya pendidikan gratis yang diikuti dengan kualitas pendidikan pula, padahal potret disekitar kita masih terdapat begitu banyak anak-anak terlantar yang masih tergolong belia?. Lalu, dapatkah kita percaya dengan adanya pelayanan kesehatan gratis nan berkualitas, padahal masih banyak hingga kini rakyat miskin yang hendak berobat ditolak mentah-mentah pihak rumah sakit lantaran tidak dapat membayar uang perobatan. Bahkan, yang lebih menyedihkan lagi, banyak penduduk negeri ini harus merelakan nyawa anggota keluarganya lantaran tidak mampu berobat ke rumah sakit. Apakah pemimpin negeri ini mengetahui atau bahkan tidak ingin tau dengan keadaan rakyatnya?. Sungguh pemimpin yang masih jauh dengan hati nurani dan mempunyai kepekaan sosial.


Melihat rakyatnya menderita yang tak kunjung usai, pemimpin-pemimpin kita dengan gaya dan setelan jas mahal dan ditumpangi oleh mobil mewah yang anggaranya merupakan hasil dari uang rakyat, hanya pintar angan-angan dan janji-janji yang tidak diikuti oleh hasil kerja nyatanya. Sungguh mengiris hati melihat hidup glamor para pemimpin negeri ini disaat itu juga beberapa rakyat kita harus menahan berhari-hari untuk tidak makan dan tidak dapat tidur nyenyak. Lalu, ada juga sebagian rakyat kita harus menahan sakit bahkan ada yang harus mengorbankan nyawanya dikarenakan ketidakmampuan ia membayar uang berobat ke rumah sakit.


Menggugat Visi Para Pemimpin


Pedulikah sebenarnya para pemimpin kita terhadap rakyatnya? Melihat para calon pemimpin negeri ini dalam memberikan visi da misinya sungguh membuat kita terlena, akan tetapi setelah mereka terpilih, visi dan misi tersebut hanya tinggal kenangan saja. Para pemimpin tersebut hanya sibuk mengurus bagaimana caranya agar biaya saat kampanye dan biaya-biaya untuk menjadi pemimpin tersebut dapat segera kembali secepatnya, meskipun dengan berbagai cara mereka tempuh.


Rakyat tentunya haruslah menggugat para pemimpin yang tidak menepati visi dan misinya saat kampanye tersebut. Sebab, rakyat telah banyak dibohongi dan dibodohi dengan visi dan misi para pemimpin yang tentunya tidak bertangungjawab tersebut.

Sejak pelaksanaan pemilihan langsung pemimpin bangsa, rakyat tentu telah pintar dan lebih banyak mengetahui seluk-beluk para calon yang akan menduduki dirinya sebagai pemimpin. Oleh karenanya, rakyat haruslah lebih pintar juga dalam memilih para calon pemimpin bangsa dimasa depan. Rakyat dalam menggugat visi dan misi para calon pemimpin bangsa tersebut, tentunya dengan lebih banyak belajar mengetahui visi dan misi yang lebih realistis untuk dapat di implementasikan secara nyata.


Apabila visi dan misi yang dikampanyekan oleh para calon pemimpin tersebut dapat membuat terlena rakyat, akan tetapi apabila dikemudian hari visi dan misi tersebut sulit dilaksanakan, tentu hanya akan kembali membodohi rakyat. Sebaliknya, sekecil dan sederhana pun visi dan misi yang sangat menyentuh rakyat, tapi dapat di implementasikan. Maka, pemimpin tersebut benar-benar dibutuhkan rakyat. Semoga dalam pelaksanaan pemilihan pemimpin daerah yang akan digelar dibeberapa daerah dapat melahirkan pemimpin yang amanah, mumpuni, dan dapat dibutuhkan rakyat. Semoga.!!