Jumat, 15 Mei 2009

Mengapa SBY Pilih Boediono?


Oleh: Andryan, SH

Desas-desus siapa yang bakal mendampingi capres dari Partai Demokrat Soesilo Bambang Yudhoyono akhirnya terjawab sudah. Menurut SBY, Boediono yang sekarang ini menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) merupakan kriteria yang paling pas dan tepat mendampinginya untuk maju sebagai pasangan satu paket capres-cawapres untuk periode 2009-2014. Lalu dengan terpilihnya Boediono sebagai cawapres SBY tentu banyak yang bertanya-tanya, sebab seperti yang telah diberitakan oleh sejumlah media, para cawapres yang masuk dalam kantong SBY mencapai 19 orang yang terdiri baik dari kalangan partai maupun kalangan di luar partai politik dan kenapa hati SBY tertambat dalam sesosok Boediono.


Boediono merupakan cawapres yang namanya baru muncul ketika nama-nama beken untuk mendampingi SBY telah banyak yang bermunculan. Sebut saja cawapres dari kalangan parpol antara lain, Hidayat Nur Wahid (PKS), Hatta Rajasa (PAN), Muhaimin Iskandar (PKB), Akbar Tanjung, Agung Laksono (Golkar). Sedangkan cawapres dari kalangan non parpol antara lain, Sri Mulyani Indrawati, Jimly Ashiddiqie, hingga nama yang kemudian baru muncul yakni Boediono. Dari sekian nama beken yang tidak diragukan lagi kapasitasnya tersebut, nama terakhir yang justru terpilih menjadi cawapres 2009 dari kalangan non parpol.


Keputusan SBY tersebut mengundang banyak pertanyaan dari partai koalisinya. Beberapa parpol koalisi tersebut, PKS yang paling terhentak mendengar terpilihnya Boediono mendampingi SBY. Sebab nama Boediono belum banyak dibicarakan dalam pertemuan dengan parpol koalisi dan baru muncul ketika menjelang pendaftaran capres-cawapres telah dibuka oleh KPU. Kemudian sosok Boediono yang dari kalangan non parpol koalisi menyisihkan nama-nama beken lainnya terutama nama-nama dari kalangan parpol koalisi, dianggap sebagai sikap yang keliru dan dapat membahayakan di pemerintahan kelak.


Faktor Memilih Boediono


Akan tetapi terlepas dari hawa panas menjelang putaran pilpres 2009, dalam benak kita tertanam pertanyaan yang mendasar yakni, mengapa SBY memilih Boediono?. Pertanyaan ini langsung timbul ketika SBY mengumumkan Boediono sebagai pendampingnya dalam pilpres mendatang. Kemudian banyak masyarakat yang belum mengenal lebih jauh terhadap sosok Boediono dan Partai Demokrat sebagai pemenang pemilu legislatif 2009 yang mana ketua dewan pembinanya maju sebagai capres, tentu masyarakat pun banyak yang memandang stikma yang beranggapan bahwa siapapun yang mendampingi SBY pasti akan menang juga dalam pilpres 2009. Melihat terpilihnya Boediono tersebut, maka kita dapat menganalisis ada beberapa faktor mengapa SBY memilih Boediono.


Faktor pertama, Memajukan perekonomian negara. Boediono merupakan ekonom Indonesia yang tidak diragukan lagi kapasitasnya di negeri ini. Banyak bidang yang dipegang Boediono dan hasilnya sangat memuaskan. Boediono dahulu pernah menjabat menteri keuangan pada masa pemerintahan Megawati, kemudian pada pemerintahan SBY Boediono dipercaya menduduki jabatan strategis lainnya yakni Menteri Koordinasi Perekonomian. Yang mana ketika itu perekonomian Indonesia sedang carut marutnya, kemudian saat adanya perombakan kabinet SBY mengganti menko perekonomian yang ketika itu dipegang oleh Aburizal Bakrie dan alhasil ketika Boediono menjabat, perekonomian kita secara perlahan-lahan telah membaik dan menemukan titik terang ke arah yang semakin baik.


Saat perekonomian sedang naik, Bank Indonesia mengalami kegentingan ketika Gubernur BI Burhanuddin Abdullah mengalami kasus hukum terkait dana BLBI. Boediono pun lantas ditunjuk sebagai Gubernur BI lewat Fit and Profer Test di DPR. Alhasil, BI secara perlahan-lahan juga telah menunjukkan kinerja yang lebih baik, hal ini ditandai dengan menurunkan BI Rate hingga ke titik rendah untuk menumbuhkan kembali perekonomian kita saat krisis global melanda dunia.


Perbaikkan dan peningkatan sistem perekonomian merupakan salah satu agenda yang prioritas dalam pemerintahan SBY, sebab Indonesia dahulu telah merasakan krisis ekonomi yang cukup berat dan alhasil berakibat terhadap krisis multi dimensi. Apabila perekonomian suatu negara baik dan meningkat, maka kesejahteraan masyarakat pun akan segera tercapai. Meningkatkan daya beli masyarakat dan membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya adalah salah satu upaya untuk menumbuhkembangkan perekonomian negara. Maka dengan terpilihnya ekonom Boediono sebagai cawapres untuk mendampingi SBY diyakini jikalau terpilih kelak akan dapat meningkatkan perekonomian kita.


Faktor kedua yakni sebagai cawapres penengah koalisi, Boediono merupakan cawapres dari kalangan non parpol, yang mana keputusan SBY memilih Boediono dirasakan tepat sebab Boediono merupakan jalan tengah dari kandidat cawapres lainnya yang banyak berasal dari kalangan parpol koalisi kubu Demokrat. Sebut saja Hidayat Nur wahid (PKS), Hatta Rajasa (PAN), dan Muhaimin Iskandar (PKB). Jikalau SBY memilih salah satu dari tiga kandidat parpol koalisi tersebut, maka akan dapat berakibat perpecahan koalisi, karena kandidat yang lain pasti akan kecewa dan menilai SBY terlalu memihak terhadap salah satu parpol koalisi.


Faktor ketiga, agar tidak adanya tekanan politis. Jabatan lembaga negara adalah jabatan yang terlalu identik dengan jabatan politis. Salah satunya adalah dalam tubuh lembaga eksekutif (pemerintahan). Capres-cawapres yang terpilih kelak pasti dalam menentukan kabinetnya akan bermuatan politis, sebab mereka diusung oleh beberapa parpol koalisi yang mana tiap parpol tersebut memesan jatah kursi kabinet. Jika cawapres yang terpilih kelak diusung berasal dari kalangan non parpol, capres terpilih pun akan sangat leluasa menjalankan tugas dan fungsinya karena tidak adanya tekanan politis dalam leluasa menentukan arah kebijakan yang dijalankan pemerintahan kelak.


Faktor keempat, menghilangkan anggapan pemerintahan diktator dan terkesan tirani. Partai Demokrat yang merupakan parpol pemenang pemilu legislatif sudah pasti menguasai kursi di parlemen. Apabila SBY kembali duduk sebagai Presiden, maka sudah barang tentu pengawasan di tubuh parlemen terhadap pemerintahan SBY terkesan lemah dan tidak berdaya. Apalagi jikalau ditambah cawapres yang mendampinginya berasal dari kalangan parpol, kesan yang tersirat bahwa SBY ingin membangun kekuatannya untuk menjadikan pemerintahan yang diktator dan bergaya tirani. Oleh sebab itu, maka keputusan SBY tersebut sangatlah bagus untuk menjalin pemerintahan yang bersih dan jauh dari sifat politis belaka.


Persaingan makin sengit


Terlepas dari anggapan miring dari berbagai golongan terhadap terpilihnya Boediono sebagai cawapres oleh SBY, maka kita haruslah mendukung keputusan SBY tersebut. sebab, apabila cawapres yang mendampingi SBY berasal dari kalangan parpol, maka masyarakat akan semakin muak, monoton dan golput pun akan semakin ramai. Pada pilpres 2004 saja ada cawapres yang maju berasal dari kalangan non parpol, seperti Sawaluddin Wahid yang ketika itu mendampingi capres Wiranto dan Hasyim Mujadi yang mendampingi capres Megawati. Hal inilah yang harus kita sikapi bersama secara bijak dan harus menghilangkan kesan bahwa pemilihan umum atau pesta demokrasi di republik ini hanya khusus terhadap orang-orang yang bermain di partai politik, dan terlebih lagi masyarakat pastinya akan memandang partai politik hanya ingin mengejar jabatan dan kedudukan belaka tanpa benar-benar mencari orang yang pas memenuhi kriteria untuk memimpin negeri ini.


Sebelum SBY mengumumkan cawapresnya, jauh-jauh hari pasangan yang lain telah siap untuk bertarung yakni pasangan capres Jusuf Kalla dan cawapres Wiranto. Mereka bahkan telah mensosialisasikan dirinya kepada tokoh-tokoh terkemuka dan masyarakat. Baru kemudian muncul secara mengejutkan pasangan capres SBY dengan cawapres Boediono. Lalu kubu PDI-P yang mengusung Megawati sebagai capres telah bakal dipastikan menggandeng ketua dewan pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai cawapres mendampingi Megawati. Nampaknya tiga kandidat pasangan inilah yang bakal maju untuk bersaing memimpin negeri ini pada Pemilihan Presiden 2009.