Minggu, 25 Juli 2010

Warnet, Mendidik atau Merusak?

Tidak dapat kita pungkiri bahwa di era globalisasi yang semakin pesat dengan teknologi dan informasi, maka segala sesuatu pun dapat kita peroleh dengan begitu cepat serta akurat. Salah satu perkembangan yang paling menonjol dengan pesatnya teknologi informasi tersebut yakni internet. Dengan berselancar di dunia maya dan mengetik beberapa kata kunci di situs pencarian, maka apa yang kita inginkan pun akan segera muncul dengan berbagai referensi dan berbagai topik, baik topik yang telah usang maupun topik yang terhangat sekalipun.


Dengan semakin dibutuhkannya akan dunia internet di masyarakat, maka internet pun menjadi ladang bisnis yang menjanjikan dan paling tren saat ini. Warung internet atau yang lebih familiar masyarakat menyebutnya sebagai warnet adalah tempat dimana disediakannya berbagai fasilitas bagi para pecinta dunia maya. Bisnis warnet kini seakan berkembang begitu pesat sebagaimana pesatnya teknologi informasi yang telah menjadi kebutuhan di masyarakat. Dengan semakin menjamurnya warnet-warnet baik disudut kota maupun dipelosok desa, mau tidak mau para pengelola warnet pun kini bersaing untuk merebut hati para pelangannya agar dapat menggunakan jasa internet


Sebagaimana yang kita ketahui bahwa warnet pun telah menjadi sebuah kebutuhan bukan lagi sebagai gaya hidup yang berkembang di masyarakat. Akan tetapi, ditengah pesatnya pertumbuhan warnet ditanah air, berbagai permasalahan dan kegoncangan masyarakat pun kini seakan menghantui bisnis kalangan anak muda ini. Masalah yang kerap timbul dengan semakin menjamurnya warnet-warnet yakni semakin merosotnya moralitas dan mental para anak muda sebagai pecinta internet di tanah air.


Hal ini tentu saja beralasan, sebab para pengguna internet yang di mayoritasi kalangan remaja dalam mengakses dunia maya bukanlah untuk menambah wawasan, membuka jendela cakrawala dunia, belajar teknologi, serta berbagai pengetahuan yang dapat menunjang studi anak muda di republik ini. Melainkan para anak muda di Indonesia kini lebih sibuk memainkan mouse dan keyboard komputernya dengan membuka berbagai situs porno, jejaring sosial, serta tidak ketinggalan game online yang semakin marak dan hanya dapat mengganggu mental anak muda Indonesia.


Penulis dalam memberikan opini tersebut tentulah berdasarkan pengamatan yang sebagian besar para pengusaha warnet lebih banyak menyediakan berbagai fiktur untuk menarik para pelangannya tanpa memberikan efek yang positif bagi perkembangan mental dan wawasan para penggunanya. Salah satunya yakni menyediakan fasilitas game online yang buka hingga 24 jam nonstop setiap harinya, bahkan dapat juga kita katakan buka selamanya selagi masih ada kehidupan.


Sungguh tragis apabila pengusaha internet hanya lebih mengutamakan keuntungan finasial belaka tanpa melihat dampak negatif yang apabila hal tersebut dilakukan dapat merusak para penerus bangsa dan negara. Bahkan, hal lebih mengkhawatirkan melihat perkembangan internet yakni para pelajar yang masih mengenyam pendidikan dengan seragam merah putih dan putih biru lebih banyak menghabiskan waktunya dengan berselancar di dunia maya dan kemudian membuka situs porno, mengakses situs jejaring, dan duduk berjam-jam di depan komputer untuk bermain game online.


Para pelajar yang seyogyanya lebih banyak menghabiskan waktunya dengan belajar, berdiskusi, serta bersahabat dengan buku, kini hanyalah menjadi barang yang langka. Para pelajar yang masuk kategori remaja tersebut, sehabis pulang sekolah dengan masih menggunakan seragam lengkapnya, lebih banyak perkunjung ke warnet-warnet hingga berjam-jam. Meskipun telah duduk berlama-lama hingga berjam-jam di depan komputer, seakan tidak cukup dengan permainan game online-nya dan membuka situs jejaring sosial, sebagian besar remaja pun sehabis magrib langsung kembali menyerbu para warnet-warnet terdekat yang menyedikan fiktur game online dan kembali duduk berjam-jam lamanya. Bahkan, lebih menyedihkan dan mengnyesakkan hati yakni penulis saat itu pernah mendapati seorang anak yang berusia lebih kurang 10 tahun dengan asyik bermain game online hingga pukul 11 malam. Sungguh dimanakan kontrol pemerintah dan peran orang tua mereka saat itu?


Kontrol Pemerintah


Perkembangan dunia teknologi dan informasi tentu banyak menimbulkan kemanfaatan positif bagi para pengguna yang lebih jeli memanfaatkan arus globalisasi tersebut. Akan tetapi, bagi sebagian besar masyarakat khususnya anak muda dan pelajar yang menyalahgunakannya, maka cepat atau lambat dapat mempengaruhi perkembangan mentalitas dan moralitas yang kian merosot dan terpuruk.


Melihat kemerosotan mentalitas dan moralitas anak muda republik ini, lantas siapakah yang akan dirugikan?. Tentu saja efek yang akan berakibat fatal dengan merosotnya mentalitas dan moralitas anak bangsa tersebut yakni negara. Sebab, cepat atau lambat tambuk kepemimpinan negara akan segera dialihkan kepada para anak muda kita sebagai cikal bakal penerus bangsa dan negara ini. Dengan demikian, sudahkah pemerintah saat ini benar-benar berupaya memperhatikan perkembangan mentalitas dan meningkatkan moralitas anak bangsa serta memberdayakan pendidikan karakter yang hanya menjadi wacana belaka tanpa benar-benar diterapkan di lembaga pendidikan tersebut?.


Pemerintah melalui Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) mewajibkan setiap warnet menggunakan software untuk memblokir situs porno agar pengguna internet tidak mengakses konten pornografi (Harian Analisa, 14/07/10). Hal ini diberlakukan karena dari tahun ke tahun Indonesia terus mengalami peningkatan sebagai pengakses situs porno di Internet. Berdasarkan “Internet Pornography Statistic”, Indonesia menempati peringkat kelima dunia pada tahun 2007 dan terus meningkat menjadi peringkat ketiga pada tahun 2009 sebagai pengakses situs porno.


Melihat kebijakan yang ditetapkan pemerintah tersebut, setidaknya dapat melindungi para pengguna intenet agar tidak mengalami penurunan mentalitas dan kemerosotan moralitas. Kebijakan mewajibkan para warnet agar menggunakan software untuk memblokir situs porno perlu kita apresiasi dengan sangat baik, akan tetapi perlu juga kita melihat kaca spion atas kebijakan tersebut. Sebagaimana yang kita ketahui beberapa tahun belakangan ini, pemerintah sebelumnya juga telah memberlakukan dan mewajibkan para warnet untuk pemblokiran konten situs porno. Akan tetapi, kebijakan yang ditetapkan pemerintah tersebut hanyalah sebagai isapan jempol belaka. Karena hingga kini konten pornografi masih dapat memangsa siapa saja para pengguna internet.


Pemerintah tentu mempunyai otoritas yang tinggi sebagai kontrol (pengawasan) terhadap para pengguna internet khususnya para warnet yang telah tumbuh dan berkembang sangat pesat. Setidaknya kontrol atau pengawasan yang dilakukan pemerintah tidak hanya di fokuskan terhadap konten porno, melainkan juga terhadap game online dan situs jejaring sosial. Kedua konten terakhir tersebut tentu juga dapat mengancam mentalitas dan merosotnya moralitas. Pengguna situs jejaring sosial untuk kategori remaja atau bahkan dibawah umur tidaklah dapat dibenarkan. Sebab, penggunaannya dapat saja disalahgunakan apabila ada sebagian orang yang tidak bertanggung jawab justru dapat mengeksploitasi sang anak-anak remaja dan dibawah umur tersebut.


Untuk para penggila game online, pemerintah juga selayaknya mewajibkan para warnet agar membatasi jam pengguna game online yang masih kategori pelajar dan dibawah umur. Sedangkan pada malam harinya, para pengguna game online yang disemarakkan para remaja dibawah umur tersebut haruslah dilarang. Hal ini untuk memberikan waktu belajar kepada anak-anak yang masih menembuh pendidikan.


Pemerintah dalam memberikan pengawasan yang ekstra ketat tersebut harusnya bersikap tegas. Apabila para pengusaha warnet yang tidak mengindahkan kewajibanya haruslah memberikan sanksi tegas dan bila perlu penarikan izin usaha warnet. Para pengusaha warnet janganlah hanya meraup keuntungan belaka. Akan tetapi, haruslah senantiasa mendidik, bukan sebaliknya menjadi pengrusak generasi masa depan anak negeri ini.