Jumat, 22 Mei 2009

Repleksi Hari Bumi 22 April : Selamatkan Bumi Kita

Oleh: Andryan, SH

Tepat pada setiap tanggal 22 April, kita selaku penduduk bumi akan memperingati hari bumi sedunia. Seberapa pentingkah bumi yang kita pijakkan ini harus diperingati secara khusus oleh penduduk di seluruh dunia. Hal ini tentu saja untuk mengingatkan kepada kita semua betapa pentingnya penyelamatan dan pelestarian bumi. Awal mulanya diawali dengan keprihatinan makin meluasnya kerusakan lingkungan di Amerika Serikat. Kemudian, aktivis lingkungan, Senator Gaylord Nelson, menggalang Hari Bumi di Amerika Serikat pada 22 April 1970 yang diikuti lebih dari 20 juta orang. Siswa SD sampai mahasiswa serta masyarakat umum bersatu dalam demonstrasi menuntut pembenahan lingkungan. Gerakan berhasil membangun kesadaran masyarakat dan mendobrak tradisi proses politik yang terkait dengan penyelamatan lingkungan.

Hasilnya luar biasa. Banyak undang-undang tentang lingkungan hidup kemudian berhasil dikeluarkan. Badan perlindungan lingkungan AS didirikan. Keberhasilan itu kemudian diikuti oleh banyak negara. Bahkan pada tanggal 28 maret 2009, diadakan pemadaman lampu selama 1 jam pada pukul 20.30-21.30 WIB ini merupakan salah satu gerakan Earth Hour yang dipelopori oleh WWF. Dengan mematikan lampu selama satu jam dipercaya akan membantu mendinginkan bumi yang telah bekerja setiap hari dan mengurangi pemanasan global. DKI Jakarta sering disebut sebagai “the city never sleeps”, tidak kalah dengan New York, karena Jakarta juga tetap ‘hidup’ di malam hari. Karena itu Jakarta terpilih sebagai salah satu Kota yang berpartisipasi ikut memadamkan listrik dalam rangka gerakan Earth Hour. Oleh karena itu, selain salah satu anugrah ciptaan Tuhan YME, bumi yang juga merupakan salah satu alam semesta perlu untuk kita lestarikan secara bersama-sama.


Faktor Kerusakan Bumi

Secara kasat mata kita merasakan betapa bumi kita makin rusak. Hal ini di sebabkan oleh beberapa faktor yang secara praktis sering kali kita abaikan sebagai penduduk bumi. Faktor pertama adalah Penebangan hutan secara terus-menerus. Tidak ada yang menyangkal, bahwa hutan adalah paru-paru dunia. Dengan adanya hutan yang lebat maka pemanasan global (Global Warming) akan ditekan sedini mungkin. Akan tetapi, hingga kini hutan seakan tidak ada yang memperdulikannya. Penebangan hutan secara liar dan besar-besaran adalah salah satu penyakit manusia yang akan berakibat buruk terhadap pelestarian dan keselamatan bumi.

Bahkan, tindakan penebangan hutan liar (Ilegal Logging) semakin merajalela dengan modus yang beranega ragam dan puluhan triliun setiap tahunnya pun telah masuk ke kantong cukong-cukong tersebut. kemudian yang paling memprihatinkan adalah salah satu kerusakan pohon-pohon tersebut juga dilakukan oleh para calon pemimpin negeri ini, yang tidak tau terima kasih terhadap pepohonan dengan menempelkan poster mereka baik terhadap pohon kecil maupun pohon besar guna mempopulerkan dirinya untuk menduduki jabatan negeri ini.

Faktor kedua, Polusi Udara. Perkembangan pembangunan yang berdampak pada peningkatan polusi udara juga berpotensi meningkatkan keasaman air hujan. Fenomena hujan asam perlu diwaspadai karena terkait dengan potensi kerusakan pada bangunan dan usaha pertanian. Polusi udara lahir dari semakin maraknya bisnis industri dan transportasi yang menjadi tren perkembangan dan kemajuan suatu negara. Bahkan, di beberapa kota besar yang salah satunya kota Medan, merupakan kota dengan tingkat polusi udara yang mengkhawatirkan. Hal ini tidak terlepas dari pesatnya pertumbuhan industri pabrik dan transportasi. Menurut data BPS Tahun 2006 jumlah kendaraan di Sumut mencapai 2.260.650 unit yang bergerak setiap harinya.

Semakin pesatnya pertumbuhan transportasi tersebut, maka semakin tidak becusnya pemerintah dalam memeriksa kelayakkan transportasi. Bagi para pemilik kendaraan pribadi, dimohon dengan sangat untuk memperhatikan kesehatan kendaraannya, apakah masih layak untuk jalan atau tidak. Emisi gas buangnya diperhatikan, jangan asal main bisa mengendarai dan menambah tercemar udara. Bagi para pemilik angkutan umum, sadarlah bahwa armada yang ada banyak sekali yang sudah tidak layak jalan, apakah memang keuntungan dari bisnis itu tidak bisa disisihkan untuk maintenance armada yang ada. Sehingga para penumpang pun akan semakin betah dan nyaman berada di dalamnya.

Faktor ketiga, pengendalian sampah. Faktor ketiga ini tidak saja dapat berakibat secara langsung kehidupan kita akan tetapi juga dapat mempengaruhi tingkat pelestarian terhadap bumi kita. Pembuangan sampah secara tidak teratur akan dapat berakibat tersumbatnya beberapa drainase yang juga pada akhirnya terjadi kebanjiran secara luas. Kemudian dengan semakin kebanjiran, maka secara perlahan-lahan kita telah ikut dalam menghancurkan bumi kita ini.

Peran Kita

Dalam menyelamatkan dan melestarikan bumi kita, langkah yang paling bijak adalah dengan kesadaran terhadap diri kita dan secara bersama-sama sebagai penduduk bumi kita wajib menyelamatkan bumi kita dari kehancuran secara perlahan-lahan. Apabila kita selama ini telah acuh dan tidak memperdulikan keselamatan bumi, sekarang dengan hari bumi sedunia yang jatuh setiap tahunnya pada tangal 22 April, merupakan momentum yang tepat untuk berperan secara aktif dalam pelestarian bumi kita.

Beberapa langkah kita guna berperan aktif tersebut adalah, pertama dengan melakukan penghijauan secara berkesinambungan. Tanam dan pelihara pohon harus diintensifkan untuk mengurangi dampak pemanasan karena efek gas rumah kaca lokal maupun global. Pohon akan menyerap CO2 di udara untuk diubah menjadi batang, daun, dan buah. Dengan berkurangnya CO2, udara panas dari permukaan bumi dapat langsung dilepaskan ke angkasa tanpa hambatan. Semakin besar dan semakin banyak pohon dipelihara, semakin baik pengurangan pemanasan kota dan global. Namun, dalam skala kecil pun, tanaman dalam pot yang ditempatkan di dalam dan sekitar rumah dan gedung perkantoran dapat menciptakan efek pendinginan selain menambah unsur keindahan.

Langkah kedua, Perubahan perilaku individu dan masyarakat terkait dengan sampah sangat penting ditekankan. Sikap egois dan tidak peka terhadap masalah lingkungan masih sering dijumpai sehingga seenaknya membuang sampah di mana saja. Perilaku untuk memilah sampah dalam konteks 3R (reduce, reuse, recycle atau kurangi, pakai ulang, daur ulang) perlu terus diupayakan. Pemilahan mulai tingkat rumah tangga bukanlah hal yang rumit bila dibiasakan. Menyediakan tiga tempat sampah di rumah dapat mengurangi masalah sampah. Sampah organik bisa sekadar ditimbun di halaman dengan lubang bergilir untuk menyuburkan tanah. Sampah yang bisa didaur ulang (misalnya kertas, karton, dan botol) bisa diserahkan kepada pemulung atau pengumpul sampah daur ulang. Tempat sampah ketiga untuk sampah lainnya. Dengan pembiasaan kita pasti bisa berdisiplin agar saluran air tak tersumbat sampah dan gunung sampah tak pernah terjadi lagi.

Kemudian langkah ketiga, Penghematan listrik bukan hanya faktor ekonomi, melainkan juga faktor penting dalam penyelamatan lingkungan bumi. Saat ini pembangkit listrik banyak yang bergantung pada bahan bakar minyak dan batu bara. Pembakaran bahan bakar minyak dan batu bara berpotensi memperbanyak emisi CO2 yang menambah pemanasan bumi. Pada lingkup individu, kita bisa berbuat dengan menggunakan listrik secara bijak. Lampu dan AC hanya digunakan bila diperlukan. Gunakan sebanyak mungkin cahaya alami dan upayakan sistem pendinginan sirkulasi udara alami.

Dengan memulai langkah dan tindakan secara aktif tersebut, niscaya kita telah turut serta dalam menyelamatkan dan melestarikan bumi dari ancaman kerusakan yang timbul akibat ulah kita sendiri. Selamat hari bumi sedunia, Semoga bumi kita makin sejuk dan dapat di wariskan serta dinikmati ke anak cucu kita kelak. Amin…!!!