Kamis, 20 November 2008

Krisis Ekonomi Global: Menuju Indonesia dalam Waktu Dekat Ini?

Oleh: Andryan, SH

Dampak yang dialami oleh masyarakat Internasional khususnya Amerika Serikat akibat terjadinya virus krisis ekonomi global nampaknya mau tidak mau pasti juga akan dirasakan oleh bangsa Indonesia walaupun tidak dalam waktu yang dekat ini. Pernyataan dari berbagai pengamat ekonomi, perbankan maupun para menteri Indonesia Bersatu yang mengatakan bahwa Indonesia tidak akan terpengaruh terhadap krisis ekonomi global sangatlah mengada-ada sebab secara tidak langsung Indonesia sangatlah bergantung kepada Amerika Serikat di berbagai sektor riil maupun non riil. Krisis ekonomi global itu sendiri berasal dari ranah Amerika Serikat yakni terjadinya kredit macet perumahan di Amerika Serikat yang pada akhirnya membuat para investor kebakaran jenggot dan juga membuat beberapa perusahaan AS yang selama ini merupakan salah satu perusahaan bonafit di dunia Lemann Brother jatuh bangkut.

Sudah sejak lama Indonesia sangat bergantung terhadap Amerika Serikat khususnya sejak awal pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. Jadi menanggapi pemberitaan dari berbagai pejabat maupun pengamat perekonomian Indonesia bahwa Indonesia tidak akan terkena dampak krisis ekonomi global yang telah melanda negara diberbagai penjuru dunia sangatlah mustahil walaupun menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi.

Secara praktis Indonesia secara perlahan telah terkena virus krisis ekonomi global, hal itu dirasakan oleh berbagai perusahaan-perusahaan Indonesia yang mengalaminya, dan oleh karenanya para pengusaha mau tidak mau akan terus mem-PHK kan para karyawan-karyawan perusahaannya.Bahkan,Menakertrans Erman Suparno mengatakan sejumlah perusahaan meminta izin untuk merumahkan 13.000 pekerjanya karena dampak krisis global (Harian Analisa, 19 November 2008).

Walaupun untuk menghindari dampak dari krisis ekonomi global yakni terjadinya PHK oleh para pengusaha, pemerintah telah membuat payung hukum dengan adanya Surat Keputusan Bersama (SKN) 4 Menteri. Tapi apakah dengan adanya SKB 4 Menteri telah benar-benar menjamin untuk menyelamatkan hak pekerja dari PHK massal? Hal ini tentunya juga harus sangat dipikirkan secara matang oleh pemerintah sebab apabila kiris ekonomi global telah melanda negeri Indonesia, dan para pengusaha-pengusaha dari berbagai perusahaan telah tidak mampu untuk membendung dan pada akhirnya PHK massal pun terjadi. Boleh jadi krisis ekonomi global yang apabila melanda negeri Indonesia pada saat ini, dampaknya akan sangat terasa bahkan dapat melebihi krisis ekonomi asia yang melanda Indonesia tahun 1997 silam.

Terjadinya PHK massal tentunya akan sangat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, disamping akan menambah jumlah angka pengangguran dan juga pastinya inflasi negara akan sulit dibendung. Hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah pada saat ini adalah jangan terlalu berangan-angan Indonesia akan terhindar dari dampak krisis ekonomi global. Selain itu, nilai kurs rupiah terhadap dollar sangat melemah drastis sampai menunjukkan nilai rupiah pada angka Rp.11.850. Bahkan dari pada itu Menteri Keuangan mengimbau agar masyarakat rumah tangga tidak memegang dolar AS kecuali mempunyai tanggungan yang bersekolah di luar negeri (Halian Analisa, 20 November 2008). Pernyataan tersebut tidak lain untuk menaikkan nilai kurs rupiah terhadap dolaar AS. Hal ini sangat berbahaya sebab masyarakat Indonesia nampaknya telah tidak untuk memikirkan rasa nasionalismenya dan hanya memikirkan untuk kelangsungan hidupnya.

Memang pada saat sekarang ini keadaan semakin tidak menentu selain adanya krisis ekonomi global yang berasal dari AS, masyarakat Internasional juga diselimuti oleh rasa takut terhadap kelangsungan hidupnya, hal ini disebabkan oleh terjadinya pemanasan global (global warming). Sebelumnya kita juga telah dirisaukan oleh harga minyak dunia yang semakin nail drastis samai menembus angka 200 Dollar AS per Barrel, walaupun pada akhirnya juga turun secara drastis pada angka 55 Dollar AS per Barrel dikarenakan menurunnya permintaan minyak mentah dunia. Hal yang sangat mengkwatirkan akibat terjadinya invasi oleh sekutu Amerika Serikat terhadap negara-negara penghasil minyak mentah dunia.

Kebijakan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani yang telah memberikan kucuran dana segar untuk kredir Usaha Kecil Menengah (UKM) sangat disambut positif oleh berbagai kalangan pengamat dan politikus. Kebijakan tersebut telah menumbuhkan dan membangkitkan bidang-bidang perekonomian negara, sebab apabila memang telah terjadinya PHK massal maka masyarakat akan beralih profesi menjadi pedagang, hal yang sangat positif dibandingkan menambah jumlah angka pengangguran yang pada akhirnya juga akan menumbuhkan serta meningkatkan angka kriminalisme di Indonesia.

Berbagai negara-negara di dunia telah berupaya untuk menyelamatkan negaranya dari ancaman krisis ekonomi global bahkan pemimpin-pemimpin dunia yang tergabung dalam KTT G20 telah melakukan pertemuan untuk membahas dan memberikan solusi terhadap penanganan krisis ekonomi global tersebut. Ada sebagian negara yang terkena efek krisis ekonomi global telah meminjam sejumlah dana dari lembaga penyalur dana Internasional seperti IMF dan ADB. Akan tetapi belajar dari pengalaman yang menimpa Indonesia pada tahun 1997 ketika Indonesia terkena krisis ekonomi yang melanda beberapa negara di asia, Indonesia ketika itu sangat bernafsu untuk memulihkan negara dari krisis ekonomi dan kemudian meminjam sejumlah dana dai lembaga penyalur dana IMF untuk membantu menghidupkan kembali sistem perekonomiannya.

Pada akhirnya, sejak awal tahun 2000an dimana sebagian beberapa negara asia yang ketika itu juga terkena krisis ekonomi, mampu untuk melepaskan negaranya dari krisis ekonomi. Sedangkan Indonesia jangankan untuk memulih perekonomiannya, bahkan krisis makin meranbah ke bidang-bidang lainnya seperti krisis bidang politik, hukum, sosial-budaya, sampai pada krisis kepercayaan publik. Hal ini dapat juga diakibatkan karena Indonesia meminjam sejumlah dana yang cukup besar dari IMF dan selama bertahun-tahun masih berkutat terhadap utang luar negeri khususnya IMF. Berbeda dengan negara Malaysia yang ketika itu juga merasakan krisis ekonomi asia, tidak menerima tawaran pinjaman dana dari lembaga luar negeri seperti IMF, dan pada akhirnya Malaysia lah yang dapat keluar dengan cepat dari krisis ekonomi asia pada saat itu.

Mengenai lembaga penyalur dana seperti IMF, beberapa pemimpin negara dunia seperti presiden AS George W.Bush menilai pengorganisasian IMF telah tidak cocok lagi dengan perkembangan zaman menghadapi beberapa persoalan dunia seperti membantu memberikan sejumlah dana bagi negara yang mengalami krisis ekonomi global pada saat itu. Memang IMF bukanlah hal yang tepat untuk negara yang diterpa krisis finasial walaupun dapat memberikan pinjaman sejumlah dana, melainkan juga IMF dapat memperburuk perekonomian suatu negara apabila telah menerima tawaran untuk pinjaman dana.

Sudah saatnya negara Indonesia khususnya para pejabat dan pemimpin bangsa memikirkan bagaimana mencari alternatif untuk mengatasi krisis ekonomi global yang dalam waktu dekat akan menimpa negara kita. Menyediakan payung sebelum hujan sangat lebih baik dan hal yang sangat berharga bagi para pemimpin bangsa adalah belajar dari suatu pengalaman di masa lampau yang pernah menimpa Indonesia 10 tahun yang lalu. Jangan sampai krisis ekonomi global saat ini akan memperburuk perekonomian Indonesia yang secara perlahan-lahan telah kita capai untuk menumbuhkannya kembali.