Selasa, 20 Juli 2010

Polemik Pengawalan Presiden

Pemerintah repubik Indonesia dalam hal ini Presiden lagi-lagi mendapat kecaman langsung dari rakyatnya, kali ini kecaman tersebut bukanlah dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang seakan tidak pernah berpihak terhadap rakyat seperti konversi minyak tanah ke gas yang hanya menimbulkan banyak masalah, kenaikan harga BBM dan kebutuhan pokok, serta hal yang terbaru tentu saja kenaikan harga Tatif Dasar Lisrik (TDL). Kali ini kecaman rakyat kepada dalam hal ini Presiden justru mengarah terhadap prilaku kegiatan yang dilakukan Presiden.


Kegiatan yang sering menjadi polemik secara langsung di masyarakat tentu saja sehubungan dengan kegiatannya yang cukup sering pulang-pergi dari kediamnya Puri Cikeas Indah ke Istana Negara. Kegiatan yang dilakukan Presiden tentu juga dalam hal menjalankan tugas negara selaku sebagai kepala pemerintahan dan negara, akan tetapi apabila kegiatan tersebut dilakukan setiap hari, tentu akan banyak menimbulkan keresahan di masyarakat.


Salah satu keresahan yang dialami masyarakat sekitar jalur yang dilalui Presiden, yakni menambah kemacetan dan membuat sebagian rakyat merasa trauma apabila Presiden melintas diiringi oleh para pengawal yang setiap hari jumlahnya mencapai 50 orang tersebut. Setidaknya apa yang dirasakan oleh masyarakat sekitar tidaknya hanya isapan jempol belaka. Buktinya, sangking tidak kuasa menahan trauma akibat iringan kegiatan Presiden tersebut, salah seorang warga Cibubur lalu menulis surat pembaca yang diterbitkan di surat kabar nasional pada tanggal 16 Juli 2010, yang intinya mengenai pengalaman buruknya diancam oleh para petugas patroli pengawal iring-iringan Presiden ketika hendak keluar dari pintu tol Cibubur.


Warga yang trauma dan menulis di surat kabar tersebut lalu mengimbau agar Presiden SBY tidak terlalu sering pulang ke rumahnya di Cikeas karena hampir setiap hari ia berpapasan langsung dengan iringan-iringan pengawalan rangkaian mobil Presiden. Apa yang telah dialami oleh warga Cibubur tersebut tentu juga banyak dirasakan oleh para warga sekitar di daerah lalu-lalang Presiden. Bahkan, imbauan yang dilesakannya itu langsung mendapat sambutan oleh warga Cibubur lainnya sebagai pengguna jejaring sosial di dunia maya.


Ironi Pengawalan Presiden


Hingga kini polemik terhadap iring-iringan pengalawan Presiden mendapat tanggapan negatif sebagian rakyat kita. Ada menanggapinya secara biasa tanpa memberikan komentar, namun juga ada yang memandang sinis terhadap para pengawalan Presiden tersebut. Pandangan sinis terhadap para tim pengawalan Presiden tersebut, tentu bukanlah tanpa alasan. Di samping bertindak agoran dengan embel-embel sebagai pengawal Presiden, juga tindakan yang sering tidak terpuji lainnya yakni bersikap tidak ramah dan santun, serta mengintimidasi rakyat yang berpapasan dengan pengawal Presiden tersebut. Bahkan, banyak juga rakyat yang juga mempunyai hak sebagai pengguna jalan menjadi trauma untuk melintas di jalanan yang diringi oleh pengawalan Presiden tersebut.


Menanggapi para warganya yang sering menjadi trauma serta banyak juga menimbulkan kemacetan di seputaran lalu lintas yang diiringi oleh para rombongan pengawalan Presiden, tentunya Presiden perlu mengkaji ulang tentang Prosedur tetap (Protap) pengawalan Presiden. Presiden juga haruslah berupaya agar rangkaian iring-iringan pengawalannya tidak terlalu panjang. Saat ini, rangkaian iring-iringan mobil Presiden sekitar 10 mobil terdiri atas sedan Mercedes Benz Presiden beserta cadangannya, jip pengawalan Polisi Militer dan Pasukan Pengamanan Presiden, serta mobil pengangkut staf khusus Presiden dan perangkat Presiden lainnya.


Selain itu, perlu diupayakan juga oleh Presiden agar waktu pengosongan jalan untuk iring-iringan pengamanan VVIP diperpendek tidak harus mengikuti jeda sterilisasi 30 menit seperti yang diharuskan dalam petunjuk standard operasional. Hal lain yang tentunya lebih efektif apabila Presiden SBY benar-benar menanggapi keluhan rakyatnya, yakni dengan menetap dan tinggal di Istana Negara sebagaimana yang telah terlebih dahulu dilakukan oleh mantan Presiden Soekarno dan mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus dur).


Dengan menetapnya Presiden di Istana Negara tentu juga akan serta merta mengurangi kemacetan di seputaran lalu-lintas yang sering dilalui Presiden saat ini. Lalu, hal yang terpenting adalah dengan tidak seringnya Presiden pulang-pergi di kediamnya ke Istana Negara, juga akan dapat mengembalikan trauma para warga Cibubur yang sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan oleh para rombongan pengawalan Presiden.


Tidak dapat kita rasakan apabila Presiden tidak menanggapi keluhan dari rakyatnya tersebut, mengingat masa jabatan Presiden SBY secara konstitusional masih menyisakan waktu lebih kurang empat tahun lagi, sedangkan sehari saja Presiden melakukan kegiatan pulang-perginya bersama rombongan pengawalan Presiden, banyak mendapat dampak negatif yakni menambah kemacetan serta membuat sebagian besar rakyat menjadi trauma akibat ulah para rombongan pengawalan Presiden yang semakin tidak bersahabat dengan rakyat.